Nada Bicara VS Penerimaan Anak
Mungkin kita pernah membaca atau mendengar beberapa artikel tentang parenting yang mengatakan bahwa kita, sebagai orang tua, harus menghindari kata “Jangan…” atau “Tidak boleh” pada saat melarang buah hati kita. Namun setelah saya pikir-pikir, sebenarnya tidak masalah menggunakan kata tersebut, asalkan dengan nada yang lembut dan penuh kasih sayang, lalu memberikan alasan mengapa sesuatu hal tersebut tidak boleh dilakukan. Misalnya, dengan lembut dan penuh kasih sayang seorang ibu melarang anaknya,”Jangan pulang malem-malem ya… Nanti kamu kecapean kalau mau belajar…. “. Bila perlu, gunakan expresi anda dengan senyuman dan disertai usapan atau elusan di bagian kepala, pundak, atau pipi. Saya yakin, buah hati anda tidak akan merasa sakit hati. Berbeda lagi bila kita mengatakan dengan nada kasar dan membentak, meski menggunakan kata-kata yang sama. Pasti buah hati kita menjadi terluka hatinya, bahkan bisa menangis. Saya akan memberikan ilustrasi yang lain.
Mungkin kita sering diisengin oleh salah seorang teman kita. Karena keisengan teman kita tersebut, maka terlontarlah kata,”Sialan….”. Tentu saja kita mengucapkan kata ”Sialan” bukan dengan ekspresi kemarahan. Tapi dengan tawa dan canda mengatakan,”Sialan kamu ini… “. Dengan kata “sialan” yang terucap dari bibir teman yang kita kerjain ini, tentu kita tidak akan sakit hati kan?
Berbeda lagi dengan kasus berikut. Ada seorang bapak sedang mengendarai sepeda motornya. Karena lampu merah, maka bapak itu pun berhenti. Tiba-tiba dari arah belakang secara tidak sengaja ada sebuah sepeda motor yang lain menabrak bagian selebor sepeda motor bapak tadi. Dengan spontan, bapak itu bilang,”Sialan!” Sambil berdiri meninggalkan sepeda motornya dan menghampiri orang yang menabraknya lalu marah-marah. Dari sikap bapak yang sepeda motornya ditabrak ini, pasti pihak yang menabrak merasa sakit hati, dan mungkin bisa membalasnya dengan kemarahan pula.
Dari kedua ilustrasi di atas, saya hanya ingin mengatakan bahwa, buah hati kita adalah pribadi yang masih sangat labil dan sensitif. Sebagai orang tua, yang tentunya lebih dewasa daripada anak-anak, seharusnya memberikan contoh yang baik kepada buah hati kita, untuk bisa bersikap lembut dalam bertutur kata. Selain agar buah hati kita tidak merasakan sakit hati, bila kita bisa mengatur intonasi atau nada bicara kita dalam memberikan nasihat, maka buah hati kita pun pasti akan meneladani kebiasaan kita ini. Untuk bisa melakukan hal ini, sangat membutuhkan kepekaan dan kesabaran. Peka dalam memahani perasaan buah hati kita, dan sabar dalam menghadapi kesalahan dan kenakalan buah hati kita. Sehingga perubahan yang baik pun tidak hanya terjadi sesaat setelah kita menasihati, melainkan akan membentuk jiwa sang anak menjadi pribadi yang baik. Mari kita belajar menasihati buah hati kita dengan nada atau intonasi yang baik, tanpa ekspresi kemarahan, dan disertai dengan sentuhan. Mulailah sedini mungkin… sebelum terlambat!
Ditulis Oleh: Kak Zepe, pencipta lagu anak
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
No comments:
Post a Comment